Koran Mingguan dari Pekanbaru |
Setelah Patah Hati, Sumiati Dipasung |
Namanya Sumiati, gadis berkulit kuning langsat ini berasal dari Desa
Bangko Jaya Kecamatan Bangko, Bagansiapiapi. Ketika usianya 15 tahun, Sumi yang
KI 12 Juni 1967, menurut ibunya Supilih ( 50 ) dia adalah gadis yang sangat
lincah. Bahkan, disaat terakhir duduk di kelas tiga Sekolah Menengah
Pertama, dia sudah bercitacita ingin melanjutkan studinya di SLTA. "
Kami memang orang tak punya. Namun kami sudah bertekad untuk mengabulkan permintaannya
melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas. " ujar
Darwis ayah Sumi. Sejak kedua orang tuanya berjanji untuk membiayai sekolahnya, Sumi nampak kian semangat untuk berlajar. Apalagi, dia memang pernah mengatakan, sebagai anak tertua dari empat bersaudara, kelak akan membantu adik-adiknya. Menurut penuturan sang ibu, sebenarnya dalam usianya yang masih muda dia sudah punya pacar, hanya saja hubungan keduanya tidak panjang. Sejak sang pacar menjadi TKI di Malaysia, langsung pula tidak ada lagi khabar. Nampaknya Sumi begitu kecewa. Sehingga sejak putus dengan pacarnya itu lah dia sudah tidak mau lagi pacaran. Tekadnya hanya satu ingin belajar dan tanpa gangguan lagi dari laki-laki. " Nampaknya, dia sudah patahhati. " ujar sang ibu. Kendatipun menurut sang ibu lagi, ada juga yang coba-coba mengusiknya, namun nampaknya Sumi tak bergeming lagi untuk tidak mengenal lelaki. Namun begitu, kalau kebetulan ada para lelaki yang ingin mencoba-coba merebut hatinya, dia pandai menolaknya dengan lemah-lembut, sehingga para lelaki itu tidak pernah berkecil hati. Padahal, jika saja ada lelaki yang ingin melamar, pada prinsipnya keluarga tidak keberatan. Maklum, keluarga Sumi hanya dari kalangan petani. Sehingga untuk menyekolahkannya kelak pun begitu terasa berat. Dilamar Disaaat Sumi usia belajar di SMP, ada seorang pemuda yang melamarnya. " Sebenarnya kami tidak keberatan, tetapi Sumi menolak. " ujar Supilih ibunya. Alasan Sumi, tetap saja bahwa dia ingin terus belajar . Pihak keluarga pun tidak bisa memaksa harus menerima lamaran itu, karena bagaimanapun juga yang berhak menentukan calon suaminya adalah Sumi sendiri. Menurut sang ayah, mereka sadar jika Sumi terlalu muda untuk berumah tangga. Apalagi, sifatnya yang masih kekanak-kanakan, mustahil dia dapat menanggung beban sebuah perkawinan. Karena dia belum begitu matang betul menjadikan dirinya sebagai seorang isteri. Namun disebalik penolakan itu, ternyata ada rasa was-was dan cemas keluarga. Bahkan , kian gelisah saja jika setiap saat ada lelaki yang mencoba mendekatinya. Karena tetap saja ditampik. Dan akhirnya, ketakutan dan kegalauan keluarga Sumi menjadi kenyataan, sejak lamaran di tolak, tiga bulan kemudian ada perubahan yang menyergap gadis hitam manis itu. Yang dulu sifatnya periang dan lincah, murah senyum dan selalu ramah pada siapa pun, kini sirna beralih ke sifat pendiam, mudah tersinggung. Acapkali marah ,bahkan sering menangis dan tertawa sendiri. " Jika datang amarahnya, dia sering menyakiti diri dengan menghantuk-hantukkan kepalanya ke dinding. " tutur ibunya. Dia seperti kesal dan juga kecewa, namun tidak pernah terungkap, apa makna kekecewaan tu. Sering juga ditanya, penyebab kekecewaannya itu, bahkan yang mengganggu dan mengusik jiwanya. Hanya saja, sambutan Sumi , kalau tidak diam membisu, dia akan tertawa. Bahkan, menangis tersedu-sedu. Menganggap Sumi telah kena guna-guna, pihak keluarga mencoba mengobatinya ke dukun. " Sudah puluhan dukun yang mengobatinya, namun tidak bisa sembuh. Malah semakin berat. " ujar sang ibu. Malah, sikap menyakiti diri kian menjadi-jadi. Dipasung Usia penyakit Sumi berjalan selama 5 tahun lamanya. Semua harta keluarga sudah " ludes " di jual dalam upaya mengobati penyakit Sumi. Namun gejala kesembuhan tidak juga terlihat. " Sebab itulah dia kami pasung " kata sang ibu. Dikemukakan, prilaku Sumi memang tidak pernah mengganggu orang lain, tetapi sikapnya yang ingin mencederai diri itu lah membuat keluarga harus memasungnya dan mendekamkannya di sebuah gubuk khusus sebagai tempat tinggalnya. Tentang kasus penyakit Sumi ini keluarganya memang tidak pernah berpraduga macam-macam " Kami tidak pernah menuduh siapa-siapa penyebab penyakit Sumi. Ini semua memang sudah takdir. " ujar Darwis ayahnya. Namun kedua orang tua gadis malang ini berharap, sekiranya ada kesalahan Sumi terhadap siapa saja, misalnya sikapnya yang telah menyinggung perasaan seseorang agar dapat dimaafkan. Sebab, dia masih terlalu kekanak-kanakan dalam menafsirkan maksud seseorang. Kondisi, Sumi yang meringkuk dalam pasungan, tubuhnya terlihat kurus kering. Rambutnya yang dulu panjang, kini diptong habis. Karena sering kali dililit-lilitkannya ke batang lehernya. Seperti ingin mencekik leher itu. Dalam pasungan, dia tidak mengenakan sehelai kainpun, karena menurut penuturan keluarga dia tidak suka pakai baju karena kepanasan. Bahkan tidak mau berbaring di kasur, sehingga tidurnya hanya diselembar tikar. Sumiati memang semakin tidak berdaya. |
Kisah ini terjadi 5 tahun lalu yang dituturkan seseorang kepada wartawan "dea ".
Redaksi mengangkat kisah ini, hanya ingin mengambil hikmah nya semata. Apakah
memang masih ada Sumi-Sumi lainnya di tanah air ini yang diperlakukan tidak
manusiawi. Paling tidak hanya dikarena suatu dendam kesumat, sehingga dirinya
harus terpasung dalam ketidakberdayaan.- RED |